Mencintai Boneka Mayu
top of page
Cari

Mencintai Boneka Mayu

A. Bagus Laksana

Lukisan karya A. C. Andre Tanama, "The Flute Girl #2"


Masayuki Ozaki (45 tahun) tampaknya memiliki kehidupan biasa. Berprofesi sebagai fisioterapis, pria Jepang ini memiliki istri dan anak perempuan. Namun, relasi dengan keluarganya menjadi runyam ketika Ozaki membawa pulang boneka silikon bernama Mayu. Boneka ini bisa melakukan banyak hal, termasuk berperan sebagai pasangan hidup. Ozaki menempatkan Mayu di kamarnya. Ia memandikan dan mendandani Mayu dengan aneka pakaian, mengajaknya jalan-jalan, berfoto bersama di taman, dan mengajaknya ngobrol. Bagi Ozaki, Mayu lebih bisa mendengarkan keluh-kesahnya daripada istrinya. Kata Ozaki, “Perempuan Jepang itu cold-hearted dan egois. Sepulang kerja pria membutuhkan seseorang untuk mendengarkannya tanpa ngomel.” Sambungnya, “Apa pun masalah yang sedang kuhadapi, Mayu selalu bersedia mendengarkan aku. Aku sungguh-sungguh mencintainya dan mau dikubur bersamanya dan membawanya ke surga.”

Rupanya Ozaki menyerah dan putus asa dalam berhubungan dengan manusia lain. Sikap dan cara berpikir seperti ini mestinya tidak bisa dianggap remeh, karena ada tanda-tanda bahwa sikap ini akan meluas. Pasalnya, sekitar dua ribu boneka seks dijual di Jepang setiap tahunnya, dengan harga yang tidak murah, yakni sekitar Rp 70 juta. Masih dari Jepang, sekarang muncul bisnis baru yaitu “strangers for hire”, jasa menyewakan orang untuk dijadikan “teman sesaat” pelbagai kepentingan, misalnya berfoto selfie, pergi nonton baseball, atau karaoke. Lalu masih ada jasa lain yang baru dan tak kalah aneh, yaitu cuddling service bagi yang membutuhkan sekadar sentuhan fisik yang bukan bersifat seksual dari manusia lain. Di sini yang dibutuhkan adalah kehangatan fisik dengan manusia lain dengan melibatkan tubuh, tetapi bukan kemesraan seksual yang dianggap ribet juga.

Rupanya banyak orang masih memiliki kebutuhan sentuhan fisik tanpa ikatan emosi ini. Boneka silikon ternyata bukan solusi untuk semua orang yang kesepian. Menarik untuk memerhatikan bahwa cuddle for service ini tidak melibatkan emosi meski melibatkan dua manusia, sedang relasi manusia dengan boneka seperti di atas malah melibatkan emosi.

*Artikel lengkap dapat dibaca pada BASIS 01-02, 2018


Sumber: BASIS 01-02, 2018, halaman 2

212 tampilan
bottom of page