Diari Sekolah Basis 2.0 | Hari #2 | Jurgen Habermas dan Komunikasi
top of page
Cari
  • Taufiq

Diari Sekolah Basis 2.0 | Hari #2 | Jurgen Habermas dan Komunikasi



4 Januari 2022


Di masa kuliah dulu, paruh 90-an di Bandung, ada seorang teman yang mengoleksi buku mengenai pemikiran Jürgen Habermas yang ditulis oleh F Budi Hardiman, yakni "Kritik Ideologi" dan "Menuju Masyarakat Komunikatif", dan buku mengenai Sekolah Frankfurt (tempat Habermas berlabuh).


Seingatku, membicarakan Habermas tidak lepas dari tema "komunikasi". Dan tema ini penting bagi aku sebagi ortu yang punya anak usia remaja, usia pencarian identitas diri


Habermas adalah sfilsuf dan sosiolog dari Jerman. Juga, penerus Teori Kritis dari Theodor Adorno, Max Horkheimer, dan Herbert Marcuse. Jadi, beliau adalah generasi kedua Sekolah Frankfurt.


F Budiman menjelaskan bahwa Habermas menjadi pintu masuk untuk mempelajari pemikir-pemikir penting Jerman di Sekolah Frankfurt,dengan pemikiran neo Marxisme karena lekat dengan pemikiran Marx, meski akhirnya dinilai menyimpang dari marxisme ortodoks karena merevisi berbagai pandangan Marx mengenai ide dan rasionalitas manusia. Teori Kritis yang dikembangkan Sekolah Frankfurt dengan pendekatan deterministik berakhir pada kebuntuan dalam menerjemahkan modernitas.Nah, Habermas membangkitkan optimisme dalam menerjemahkan modernitas melalui “paradigma komunikasi”.


Manusia adalah makhluk komunikasi, menyampaikan bahasa dan terjadi timbal balik antar subjek komunikator. Sebagai individu, manusia juga menyatakan komunikasi itu sendiri, yakni dengan menjadi diri sendiri. Si aku menjadi diriku lewat orang lain dengan mengandaikan sebagai orang lain. Dampaknya, komunikasi akan membuka ruang untuk kebebasan manusia, dikarenakan komunikasi bisa terjadi dalam ruang pemikiran.


Komunikasi harus terjadi pada ruang pemikiran yaitu "diskursus" dengan mempersoalkan klaim-klaim kesahihan. Diskursus adalah komunikasi dengan mempertanyakan argumentasi yang melatarbelakangi konten komunikasi.

Pemikiran Habermas bisa diterapkan dalam pendidikan dengan mengubah paradigma komunikasi menjadi komunikasi intersubyektif yaitu menekankan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, melatih argumen dan pemikiran kritis, murid tidak sekadar menghafal, namun juga mampu mengemukakan sikap dirinya, juga melibatkan diri pada proses politik, untuk tidak takut dengan politik, seperti membersihkan sampah di ruang publik dan menegur orang yang membuang sampah sembarangan


Habermas mendorong pendekatan interdisipliner dalam memecahkan masalah. Kerja sama antar bidang ilmu bisa dijembatani dengan komunikasi.


--------


TAUFIQ

Surel: taufiqpb@gmail.com

Facebook: arundayataufiq

Instagram: arundayataufiq

111 tampilan
bottom of page